Siapakah itu yang berdiri di rembang petang?
Engkau kah yang mengetuk pintu di tengah malam?
Oh
Gelap gulita yang membalut pekat
Aku merasakan namun tak dapat melihat
Oh
Perasaan tak pantas yang menggelayut di dada
Kapankah kau kan tunduk pada logika?
Kapankah kau akan pergi?
Pergi tinggalkan hati yang menua
Pergi sisakan sekaan air mata
Pergi tinggalkan mimpi yang membuncah
Pergi tinggalkan tunas purba yang semestinya ‘tlah binasa
Oh
Pedih perih yang menggerinyit di dada
Aku nyaris tak tahu beda
Antara coba dan kurnia
Saat kau pandangi aku dalam sayu lagumu
Saat kau tatapi aku dalam pilu puisimu
Wahai
Selimut apakah yang membungkusku hangat, namun menusuk jahat?
Bodohnya aku
Kupakai jua walau pun sakit
Kunikmati jua walau penuh derita
Wahai
Airmata yang menggenang bagai tumpahan hujan di malam suram
Kini menemani soreku di jalan Kemang
Aku tak pernah tahu dan memikirkan
Akankah semua ini berakhir, dan bagaimana ?
Yang kutahu hanyalah mencoba menikmatinya
Meski pedih perih selalu merona, menyesak-menyeruak di dalam dada…
March 26, 2007
Minggu, 25 November 2007
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar